Sekolah Rakyat bukan sekadar gratis, tapi menyediakan ekosistem lengkap: asrama, fasilitas olahraga, tempat ibadah, dan kurikulum yang membangun karakter.
Pemerintah
mempercepat pembangunan Sekolah Rakyat berbasis asrama dengan
kurikulum holistik yang akan mulai beroperasi pada Juli 2025. Program itu
dirancang untuk menjangkau 500.000 anak dari keluarga miskin dan miskin
ekstrem hingga 2029, sekaligus menjadi tulang punggung strategi pengentasan
kemiskinan berbasis data Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Wakil
Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono menjelaskan,
konsep boarding school dipilih untuk memberikan lingkungan pendidikan
terpadu.
"Sekolah
Rakyat bukan sekadar gratis, tapi menyediakan ekosistem lengkap: asrama,
fasilitas olahraga, tempat ibadah, dan kurikulum yang membangun
karakter," tegasnya dalam Diskusi Redaksi bertajuk "Sekolah
Tanpa Sekat: Menembus Batas Lewat Sekolah Rakyat" yang digelar
Direktorat Ekosistem Media Dirketorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media
(KPM) Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), di Jakarta, Rabu
(25/6/2025) malam.
Kurikulum Tiga Tahap dan Fasilitas Terpadu
Wamensos
menjelaskan, setiap sekolah dibangun di atas lahan minimal 8,5
hektare dengan fasilitas terpadu untuk jenjang SD-SMA. Kurikulum dirancang
dalam tiga pilar.
Pertama
mulai dari program persiapan yang menyangkut pemetaan bakat (talent
mapping) dan pembekalan fisik-mental siswa.
Kedua
program akademik yang berisi pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler
berbasis kompetensi.
Serta
terakhir dengan penguatan karakter lewat pendidikan spiritualitas,
nasionalisme, dan keterampilan bahasa.
"Kami
ingin anak-anak tidak hanya pintar akademis, tapi juga berakhlak dan punya
semangat kebangsaan," tambah Agus Jabo.
Skala Nasional Berbasis Data DTSEN
Program
itu lanjutnya, mengandalkan akurasi DTSEN sebagai basis penargetan.
Kemensos telah memverifikasi data melalui 34.000 pendamping PKH untuk
memastikan tepat sasaran.
"Kami
targetkan 100 sekolah pertama di Juli 2025 untuk 9.755 siswa, lalu ekspansi ke
514 kabupaten/kota," jelasnya.
Pemerintah
juga memanfaatkan 122 BLK Kemnaker dan 45 gedung
pemda untuk percepatan pembangunan.
Menurut
Agus Jabo, program itu sejalan dengan target Presiden Prabowo: nol persen
kemiskinan ekstrem pada 2026 dan kemiskinan nasional di bawah 5 persen
pada 2029.
Data
BPS 2024 menunjukkan 74,51 persen kepala keluarga miskin ekstrem
berpendidikan SD ke bawah, sementara Susenas 2021 mencatat 76 persen anak
putus sekolah karena ekonomi."Dengan Sekolah Rakyat, kami putus siklus
ini," tegas Agus Jabo.
Sumber : indonesia.go.id
0 Comments